KOMPAS.COM, JAKARTA – Pelabuhan Anggrek di Gorontalo bakal dikembangkan menjadi pelabuhan logistik (logistics port) dengan nilai investasi sekitar Rp 1,4 triliun. Saat ini, Pelabuhan Anggrek melayani kegiatan bongkar muat multipurpose dan diselenggarakan langsung oleh Kantor Unit Penyelenggara Kelas II Pelabuhan Anggrek Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan. Nantinya, pengembangan Pelabuhan Anggrek akan dikerjakan oleh PT Anggrek Gorontalo Internasional Terminal (AGIT) sebagai pemenang lelang proyek tersebut.
Penyerahan proyek pengembangan Pelabuhan Anggrek dari Kantor Unit Penyelenggara Kelas II Pelabuhan Anggrek kepada PT AGIT dijadwalkan akan dilaksanakan pada 28 September 2021 di Pelabuhan Anggrek, Gorontalo.
Anggota DPR RI asal Gorontalo Rachmat Gobel menaruh perhatian pada proyek pengembangan tersebut. Menurutnya, pengembangan Pelabuhan Anggrek tersebut akan dilakukan dalam dua tahap yang didukung penuh dari pemerintah, BUMN dan investor swasta.
“Pengembangan Pelabuhan Anggrek tersebut menggunakan skema kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan ini merupakan skema pembiayaan yang inovatif, sehingga tidak menggunakan dana APBN, tapi melalui pendanaan kreatif non-APBN,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip pada Sabtu (25/9/2021).
PT AGIT sendiri adalah konsorsium yang memenangkan lelang proyek tersebut yang terdiri dari empat perusahaan, yaitu PT Gotrans Logistics International, PT Anugerah Jelajah Indonesia Logistic, PT Titian Labuan Anugrah dan PT Hutama Karya (Persero).
Pembangunan tahap pertama akan dimulai pada 2022/2023, meliputi pembangunan dermaga, lapangan peti kemas (container), kargo dan fasilitas pendukung lainnya. Sedangkan pengembangan tahap kedua direncanakan pada tahun 2031/2032.
Pengembangan Pelabuhan Anggrek untuk menjadi Pelabuhan logistik, kata Rachmat, akan dilengkapi sarana dan prasarana yang akan dikembangkan tidak hanya sebatas peningkatan kapasitas pelabuhan, tapi juga kualitas layanan.
“Jadi proyek ini nantinya tidak hanya sebatas pembangunan fisik, tapi juga nonfisik termasuk manajemen dan sumber daya manusia,” ucapnya.
Rachmat Gobel mengatakan dirinya menargetkan visi dan misi menjadikan Gorontalo sebagai Provinsi termaju kelima di Indonesia pada tahun 2051.
Pada Pelabuhan Anggrek, nantinya akan ada penguatan dan penambahan kapasitas dermaga untuk peti kemas yang dapat mengakomodir kapal bertambat sebesar 30.000 DWT (dead wight ton) dan general cargo untuk dapat mengakomodir kapal sebesar 10.000 DWT.
Kemudian ada pengembangan terminal bongkar muat barang, peningkatan layanan bongkar muat peti kemas, curah umum, curah cair dan peti kemas pendingin (feefer container).
Selanjutnya adalah pengembangan fasilitas layanan terminal barang seperti lapangan penumpukan peti kemas, curah kering, barang umum (general cargo) dan peti kemas kosong (empty container).
Pelabuhan Anggrek juga akan dilengkapi dengan layanan konsolidasi dan distribusi barang (CFS), peralatan bongkar muat Harbour Mobile Crane (HMC) serta lapangan parkir truk peti kemas dan Kargo.
Keberadaan Pelabuhan Anggrek, lanjut Rachmat, akan melancarkan pergerakan logistik dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Gorontalo dan kawasan sekitarnya. Dengan layanan bongkar muat dan biaya yang efisien, pergerakan harga-harga (inflasi) akan lebih stabil sehingga risiko usaha akan berkurang dan ini otomatis akan meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat, perdagangan domestik maupun internasional.
Menurutnya, pengembangan pelabuhan Anggrek ini akan mendorong transformasi perekonomian Gorontalo sehingga setiap potensi yang ada bisa dikembangkan secara maksimal untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Gorontalo.
“Kami akan bekerja sama dengan pemerintah daerah, pelaku usaha lainnya untuk bagaimana bisa bersinergi membuka pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di kawasan hinterland yang ada di berbagai kabupaten, terutama Kabupaten Gorontolo Utara.
Itu artinya akan membuka peluang usaha dan kegiatan ekonomi baru bagi masyarakat,” bebernya. Secara nasional, lanjut dia, pengembangan pelabuhan ini akan ikut berkontribusi mendorong Gorontalo untuk tampil sebagai salah satu lumbung pangan nasional.
Pasalnya, terdapat potensi daerah ini di bidang agrikultur seperti jagung, cokelat, kelapa, perikanan serta berbagai hilirisasinya sangat besar.